Sumbarpro – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat merilis perkembangan ekonomi terkini mencakup inflasi, Nilai Tukar Petani (NTP), pariwisata, transportasi, serta ekspor-impor. Data Agustus 2025 menunjukkan kondisi ekonomi Sumbar bergerak positif di tengah dinamika harga pangan dan fluktuasi sektor transportasi.
Inflasi Terkendali, Cabai dan Bawang Penyumbang Utama
Berdasarkan rilis resmi BPS Sumbar, Senin (1/9/2025), Inflasi Sumbar pada Agustus 2025 tercatat 0,52 persen (m-to-m). Secara tahunan (y-on-y), inflasi mencapai 2,89 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 109,67.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi pendorong utama, naik 1,56 persen dengan andil inflasi 0,51 persen. Komoditas yang paling dominan menyumbang inflasi adalah:
-
Cabai merah (0,19 persen)
-
Bawang merah (0,16 persen)
-
Beras (0,05 persen)
-
Cabai rawit (0,04 persen)
-
Telur ayam ras (0,03 persen)
Sebaliknya, jengkol, tomat, santan segar, kelapa, jeruk, dan seledri tercatat mengalami penurunan harga sehingga sedikit menahan laju inflasi.
Dari sisi wilayah, inflasi tertinggi tercatat di Pasaman Barat (1,01 persen), sedangkan terendah di Padang (0,35 persen).
NTP dan NTUP Menguat
Pada Agustus 2025, NTP Sumatera Barat mencapai 132,67, naik 3,70 persen dibanding Juli 2025. Kenaikan ini disebabkan peningkatan harga hasil produksi petani (4,64 persen) yang lebih tinggi daripada kenaikan biaya konsumsi dan produksi (1,11 persen).
Rinciannya, subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan perikanan mengalami peningkatan, sedangkan subsektor peternakan sedikit menurun.
Sementara itu, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) tercatat 137,50, naik 4,56 persen. Indeks konsumsi rumah tangga tani juga meningkat 1,11 persen, dipicu kenaikan harga pangan dan pendidikan.
Wisata dan TPK Hotel
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) pada Juli 2025 tercatat 7.674 kunjungan, turun 10,98 persen dibanding bulan sebelumnya. Namun secara kumulatif Januari–Juli 2025, total wisman mencapai 50.826 kunjungan, naik 24,78 persen dari periode yang sama tahun 2024.
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang naik ke 47,64 persen, meningkat 2,32 poin dibanding Juni 2025. Sementara itu, TPK hotel nonbintang turun menjadi 16,89 persen.
Perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) juga masih tinggi, dengan 1,94 juta perjalanan pada Juli 2025, meski turun 3,34 persen dibanding bulan sebelumnya.
Transportasi: Udara Naik, Kereta Api Turun
Aktivitas penerbangan domestik di BIM menunjukkan pertumbuhan. Juli 2025 mencatat:
-
Penumpang berangkat: 88,38 ribu orang (+3,45 persen m-to-m)
-
Penumpang datang: 83,02 ribu orang (+1,39 persen)
Untuk penerbangan internasional:
-
Penumpang berangkat: 22,87 ribu orang (+21,70 persen)
-
Penumpang datang: 22,47 ribu orang (+10,31 persen)
Angkutan laut dalam negeri mencatat penurunan barang muat (-2,44 persen) namun peningkatan bongkar (+15,45 persen). Sementara itu, kereta api mengalami penurunan jumlah penumpang (-1,17 persen) dan angkutan barang (-18,81 persen).
Ekspor-Impor Tumbuh, Neraca Perdagangan Surplus
Ekspor Sumbar sepanjang Januari–Juli 2025 mencapai US$1,593 miliar, naik 36,96 persen dibanding periode sama 2024. Pendorong utama adalah sektor industri pengolahan (+38,77 persen), terutama dari minyak kelapa sawit.
Lima negara tujuan ekspor utama:
-
India (US$516,64 juta)
-
Pakistan (US$358,14 juta)
-
Bangladesh (US$149,68 juta)
-
Mesir (US$113,70 juta)
-
Myanmar (US$111,62 juta)
Tiga komoditas utama ekspor: Lemak & minyak hewan/nabati (HS 15), karet & barang dari karet (HS 40), produk kimia (HS 38).
Sementara itu, impor Januari–Juli 2025 mencapai US$290,62 juta (+2,98 persen y-o-y), dengan bahan baku/penolong sebagai penyumbang terbesar (+14,24 persen). Lima negara pemasok terbesar: Singapura, Malaysia, Brasil, Kanada, dan Tiongkok.
Dengan capaian tersebut, neraca perdagangan Sumbar surplus US$1,302 miliar, lebih tinggi dari 2024 (US$881,23 juta).
Analisis Singkat
Laju inflasi Sumbar masih terkendali meski harga pangan bergejolak. NTP yang menguat menunjukkan daya tawar petani membaik. Sektor pariwisata dan transportasi udara terus pulih, meski wisman bulanan turun. Ekspor yang melonjak dan neraca perdagangan yang surplus menjadi sinyal positif bagi ketahanan ekonomi Sumbar di paruh kedua 2025. (ak)
Discussion about this post