Sumbarpro – Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sumatera Barat pada September 2025 tercatat sebesar 130,17 atau turun 1,88 persen dibandingkan Agustus 2025.
Penurunan ini disebabkan oleh turunnya Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 1,31 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) justru meningkat 0,58 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar yang dikutip melalui Berita Resmi Statistik (BRS), Selasa (7/10/2025), pelemahan NTP ini menunjukkan daya beli petani Sumbar mengalami penurunan karena harga hasil pertanian turun lebih cepat dibanding kenaikan harga kebutuhan konsumsi dan produksi.
Subsektor Hortikultura Masih Tertinggi
Jika dilihat per subsektor, NTP tertinggi tercatat pada hortikultura sebesar 165,90, disusul perkebunan rakyat sebesar 158,70.
Sementara NTP terendah berada pada subsektor perikanan sebesar 100,62, terdiri dari perikanan tangkap sebesar 108,79 dan perikanan budidaya sebesar 94,36.
Adapun subsektor tanaman pangan tercatat 103,06, dan peternakan sebesar 102,24, yang keduanya menjadi penyumbang utama penurunan NTP bulan ini.
Biaya Konsumsi Rumah Tangga Petani Meningkat
BPS juga mencatat Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) Provinsi Sumatera Barat naik 0,74 persen pada September 2025.
Kenaikan ini dipicu meningkatnya tujuh kelompok pengeluaran rumah tangga, yaitu:
- Makanan, minuman, dan tembakau (1,18 persen)
- Pakaian dan alas kaki (0,02 persen)
- Perlengkapan dan pemeliharaan rumah tangga (0,02 persen)
- Kesehatan (0,15 persen)
- Informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,11 persen)
- Penyediaan makanan dan minuman/restoran (0,04 persen)
- Perawatan pribadi dan jasa lainnya (1,09 persen)
Sebaliknya, kelompok transportasi turun 0,24 persen dan perumahan, air, listrik, serta bahan bakar rumah tangga turun 0,01 persen.
Dua kelompok lainnya, yaitu rekreasi, olahraga, budaya, serta pendidikan, relatif stabil tanpa perubahan signifikan.
NTUP Turun 1,34 Persen
Sementara itu, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Sumbar juga turun 1,34 persen menjadi 135,66 dibandingkan bulan sebelumnya.
Penurunan NTUP ini menandakan efisiensi usaha rumah tangga petani menurun karena biaya produksi dan konsumsi naik, sementara nilai jual hasil pertanian tidak mengikuti kenaikan tersebut.
Tekanan Ganda Petani
Penurunan NTP dan NTUP secara bersamaan menunjukkan tekanan ganda bagi petani Sumbar.
Di satu sisi, harga komoditas pertanian melemah; di sisi lain, beban konsumsi dan biaya hidup meningkat.
Subsektor hortikultura dan perkebunan rakyat masih menjadi penopang utama perekonomian pedesaan, sedangkan subsektor tanaman pangan dan peternakan perlu perhatian lebih dalam pengendalian biaya produksi serta stabilisasi harga hasil pertanian. (ak)