Sumbarpro – Provinsi Sumatera Barat mencatat inflasi year on year (y-on-y) pada Agustus 2025 sebesar 2,89 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 109,67. Angka ini menunjukkan harga sejumlah komoditas terus bergerak naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar yang dirilis Senin (1/9/2025), inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Pasaman Barat sebesar 3,96 persen dengan IHK 111,05. Sementara inflasi terendah tercatat di Kota Padang dengan laju 2,53 persen dan IHK 109,16.
Kelompok Pengeluaran Penyumbang Inflasi
BPS Sumbar menjelaskan inflasi y-on-y terjadi karena kenaikan harga pada sejumlah kelompok pengeluaran. Kategori makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar dengan inflasi 4,37 persen.
Selain itu, kelompok pengeluaran lain yang turut mendorong inflasi antara lain:
-
Pakaian dan alas kaki naik 0,45 persen.
-
Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga naik 1,57 persen.
-
Perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga naik 0,22 persen.
-
Kesehatan naik 2,23 persen.
-
Transportasi naik 2,11 persen.
-
Rekreasi, olahraga, dan budaya naik 0,42 persen.
-
Pendidikan naik 3,32 persen.
-
Penyediaan makanan dan minuman/restoran naik 2,31 persen.
-
Perawatan pribadi dan jasa lainnya naik paling tinggi, yakni 9,27 persen.
Sebaliknya, satu-satunya kelompok yang mengalami penurunan harga adalah informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, yang turun 0,18 persen.
Inflasi Bulanan dan Year to Date
Secara month to month (m-to-m), Sumatera Barat mencatat inflasi sebesar 0,52 persen pada Agustus 2025. Angka ini menunjukkan adanya kenaikan harga dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara itu, secara year to date (y-to-d) atau akumulasi inflasi dari Januari hingga Agustus 2025, Sumbar membukukan inflasi 2,59 persen.
Analisis Perkembangan Inflasi
Data ini menegaskan bahwa laju inflasi di Sumbar masih relatif terkendali, meskipun terdapat tekanan harga dari beberapa kelompok pengeluaran, terutama pangan, pendidikan, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Pasaman Barat mencatat laju inflasi paling tinggi di antara daerah lain di Sumbar, yang menunjukkan adanya tekanan harga lebih besar pada kebutuhan pokok di wilayah tersebut. Sebaliknya, Kota Padang sebagai ibu kota provinsi mampu menjaga stabilitas harga dengan laju inflasi terendah.
Ke depan, dinamika harga di sektor pangan dan jasa kemungkinan besar akan tetap menjadi faktor dominan yang menentukan arah inflasi di Sumatera Barat. (ak)
Discussion about this post