Sumbarpro – Sejarah kedokteran dunia mencatat nama J. Marion Sims sebagai “bapak ginekologi modern”.
Namun di balik ketenarannya, ada kisah kelam yang jarang diungkap, yaitu penderitaan seorang budak perempuan asal Afrika bernama Anarcha Westcott.
Anarcha baru berusia 17 tahun ketika melahirkan anak pertamanya.
Persalinan itu meninggalkan luka parah di tubuhnya.
Dalam kondisi lemah dan kesakitan, ia tidak dibawa untuk dirawat, melainkan dijadikan objek percobaan medis oleh Sims.
Dokter yang kini dipuja dalam dunia kedokteran itu melakukan lebih dari 30 operasi terhadap tubuh Anarcha tanpa bius, tanpa izin, dan tanpa belas kasihan.
Ia menjadikan Anarcha bahan uji coba untuk menemukan teknik operasi fistula vagina, sebuah prosedur yang kemudian menjadi dasar ilmu kandungan modern.
“Setiap kali tubuhnya dibedah, Anarcha menjerit menahan sakit. Tapi tidak ada yang peduli, karena ia hanyalah seorang budak,” demikian catatan dari sejumlah sejarawan medis Amerika Serikat.
Hasil dari penderitaan Anarcha membuat Sims terkenal.
Ia mendapat penghargaan, rumah sakit memakai namanya, dan patung-patung didirikan untuk menghormatinya.
Sebaliknya, nama Anarcha tenggelam dalam diam selama lebih dari satu abad.
Kini, sejumlah peneliti dan aktivis hak asasi manusia berupaya mengembalikan nama Anarcha ke tempat yang semestinya.
Sebagai sosok yang jasanya besar dalam perkembangan ilmu kedokteran, meski tanpa pernah diminta atau diakui.
“Tanpa Anarcha, mungkin dunia tidak akan mengenal kemajuan medis seperti sekarang. Tapi harga yang dibayarnya adalah penderitaan yang tak terbayangkan,” tulis sejarawan Deirdre Cooper Owens dalam buku Medical Bondage: Race, Gender, and the Origins of American Gynecology.
Kisah Anarcha menjadi pengingat bahwa kemajuan ilmu pengetahuan sering lahir dari sisi paling gelap kemanusiaan. (edt)