Sumbarpro – Presiden Prabowo Subianto menghadiri langsung Sidang Umum PBB di tahun pertamanya menjabat sebagai Presiden.
Kehadiran ini menjadi sebuah babak baru dalam diplomasi Indonesia. Sebelumnya selama 10 tahun menjadi kepala negara, Jokowi tidak pernah datang ke Sidang Umum PBB yang digelar di New York, Amerika Serikat.
Kehadiran Indonesia di Sidang Umum PBB pada era Jokowi kerap dimandatkan kepada mantan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Di periode pertama Jokowi, tugas itu diemban mantan wakil presiden Jusuf Kalla.
Jokowi sebenarnya pernah berpidato di Sidang Umum PBB. Namun, ia tidak hadir secara langsung.
Melainkan hanya secara virtual pada 2020 dan 2021, saat dunia tengah dilanda pandemi Covid-19.
Di tahun-tahun berikutnya, bola diplomatik di New York sepenuhnya dipercayakan kepada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Kini, tradisi yang sempat hilang itu kembali dihidupkan. Ini mengingatkan pada jejak-jejak bersejarah yang telah ditorehkan oleh para pendahulu.
Pidato kenegaraan di forum PBB bukanlah sekadar formalitas, melainkan sebuah kesempatan emas untuk menggemakan suara Indonesia di hadapan pemimpin dunia.
Bung Karno adalah contoh paling ikonik. Pada 1960, Presiden pertama RI ini menggebrak panggung dengan pidato legendarisnya ‘To Build The World Anew’.
Selama 90 menit, pidato itu tak hanya menyoroti isu imperialisme, tetapi juga membangkitkan semangat bangsa-bangsa terjajah.
Kemudian, tradisi tersebut diteruskan oleh Presiden Soeharto yang berpidato dua kali (1992 dan 1995), Presiden BJ Habibie pada tahun 1998, dan Presiden Abdurrahman Wahid pada tahun 2000.
Presiden Megawati Soekarnoputri juga turut berpidato dua kali (2001 dan 2003) dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tercatat berpidato delapan kali (2005, 2006, 2008, 2009, 2010, 2011, 2013, dan 2014), menjadikannya presiden dengan pidato terbanyak di Sidang Umum PBB.
Kehadiran SBY setiap tahunnya di PBB menunjukkan komitmen Indonesia dalam berperan aktif di kancah global, mulai dari isu perdamaian, perubahan iklim, hingga demokrasi.
Melihat rekam jejak tersebut, kehadiran Prabowo menjadi sangat signifikan. Ini adalah sinyal kuat bahwa Indonesia di bawah kepemimpinannya siap kembali mengambil peran sentral.
Mengakhiri absennya presiden selama satu dekade adalah langkah berani.
Dunia akan menantikan, gagasan besar apa yang akan dibawa oleh pemimpin baru ini untuk Indonesia dan untuk tatanan global.
Presiden Prabowo dijadwalkan berpidato di Sidang Umum PBB ke-80 Selasa (23/9/2025).
Sekretaris Kabinet Letnan Kolonel Teddy Indra Wijaya mengatakan Sidang Umum PBB tahun ini adalah momentum penting bagi Indonesia.
Teddy mengatakan, Presiden Prabowo akan menyuarakan kepentingan ‘Global South’ atau negara berkembang dan memperkuat posisi diplomasi di kancah global.
“Untuk menegaskan posisi Indonesia sebagai pemimpin Global South yang konsisten menyuarakan agenda reformasi tata kelola dunia agar lebih adil dan inklusif,” kata Teddy melalui keterangan tertulis Sekretariat Presiden, Minggu (21/9/2025).
Tahun ini, Sidang Majelis Umum ke-80 yang mengangkat tema ‘Better Together: 80 Years and More for Peace, Development, and Human Rights’, menjadi panggung penting bagi Indonesia, mengingat Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan menyampaikan pidato pada sesi debat umum.
Tepatnya pada urutan ketiga setelah Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (edt)