Sumbarpro — Aktivitas impor di Provinsi Sumatera Barat terus menunjukkan pergerakan positif sepanjang tahun 2025.
Berdasarkan Berita Resmi Statistik (BRS) dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, dikutip Selasa (7/10/2025), nilai impor Januari–Agustus 2025 mencapai US$350,43 juta, naik 7,56 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan ini menandakan adanya peningkatan aktivitas industri di Sumatera Barat, terutama yang membutuhkan bahan baku impor untuk mendukung proses produksi.
Impor Agustus 2025 Tumbuh Signifikan
Pada Agustus 2025 saja, nilai impor Sumatera Barat mencapai US$59,81 juta, meningkat 37,27 persen dibandingkan Agustus 2024.
Pertumbuhan bulanan yang cukup tajam ini menunjukkan tingginya permintaan industri terhadap bahan baku, di tengah kenaikan aktivitas ekonomi pasca semester pertama 2025.
Sisa Industri Makanan Jadi Golongan Barang Impor Terbesar
Dari lima golongan barang utama yang diimpor selama Januari–Agustus 2025, kelompok ampas atau sisa industri makanan mencatat peningkatan paling signifikan, yaitu mencapai US$45,09 juta, naik 44,54 persen dibanding periode yang sama tahun 2024.
Lonjakan ini mengindikasikan meningkatnya kebutuhan sektor peternakan dan pakan ternak di Sumatera Barat, karena ampas industri makanan banyak digunakan sebagai bahan baku pakan.
Sebaliknya, impor mesin-mesin atau pesawat mekanik justru anjlok tajam hingga 56,91 persen, hanya menyentuh nilai US$7,02 juta.
Penurunan ini bisa jadi disebabkan oleh selesainya beberapa proyek industri besar yang sebelumnya membutuhkan banyak mesin berat.
Singapura dan Malaysia Pemasok Terbesar
Selama delapan bulan pertama 2025, Sumatera Barat masih mengandalkan Singapura dan Malaysia sebagai dua pemasok utama barang impor.
Nilai impor dari Singapura mencapai US$147,99 juta atau 42,23 persen dari total impor, disusul Malaysia sebesar US$114,16 juta atau 32,58 persen.
Tiga negara lain yang juga berperan cukup besar yakni Brasil (US$32,01 juta), Kanada (US$20,80 juta), dan Tiongkok (US$10,25 juta).
Struktur ini menunjukkan bahwa negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara masih menjadi mitra dagang paling dominan bagi Sumatera Barat dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku dan industri.
Bahan Baku Dominasi Struktur Impor
Berdasarkan jenis penggunaannya, impor bahan baku atau penolong menjadi penyumbang terbesar, dengan nilai US$347,23 juta atau naik 20,69 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, impor barang konsumsi dan barang modal mengalami penurunan drastis, masing-masing turun 99,93 persen dan 78,11 persen, dengan nilai hanya US$0,02 juta dan US$3,18 juta.
Kondisi ini menegaskan bahwa aktivitas impor Sumatera Barat lebih banyak difokuskan untuk mendukung sektor produksi ketimbang konsumsi masyarakat atau investasi baru.
Pertumbuhan Impor Menandakan Aktivitas Industri Menguat
Meningkatnya impor bahan baku di satu sisi merupakan sinyal positif bagi perekonomian Sumatera Barat.
Artinya, industri pengolahan di daerah ini kembali aktif memproduksi dan mengekspor produk olahan ke berbagai negara, seperti tercermin dari lonjakan ekspor dalam periode yang sama.
Namun, penurunan impor barang modal perlu menjadi perhatian karena bisa berdampak pada kapasitas produksi jangka panjang.
Jika tren ini berlanjut, investasi pada sektor industri berpotensi stagnan di tahun-tahun mendatang.
Keseimbangan antara impor bahan baku dan barang modal akan menjadi faktor kunci dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat hingga akhir 2025. (ak)