Padang, Sumbarpro – Di kalangan Generasi Z (Gen-Z) dan Milenial Indonesia, terdapat tren yang berkembang untuk melangsungkan pernikahan sederhana di Kantor Urusan Agama (KUA).
Pernikahan ini sering disebut sebagai “intimate wedding” atau pernikahan sederhana yang hanya dihadiri oleh keluarga dan teman-teman terdekat.
Menurut survei yang dilakukan oleh Jakpat, sekitar 41% responden berusia 16-39 tahun memilih konsep pernikahan ini.
Salah satu alasan utama di balik tren ini adalah kesadaran finansial yang semakin tinggi di kalangan generasi muda.
Mereka cenderung memilih pernikahan yang sesuai dengan anggaran tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk resepsi mewah.
Informasi yang dihimpun, biaya pernikahan sederhana di KUA dapat ditekan seminimal mungkin, dengan rincian seperti:
Biaya seserahan: Sekitar Rp1 juta
Cincin pernikahan: Sekitar Rp3 juta
Biaya administrasi KUA: Gratis jika dilaksanakan di kantor KUA pada hari kerja, dan Rp600 ribu jika di luar kantor atau di luar jam kerja.
Total biaya tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan pernikahan tradisional yang dapat mencapai ratusan juta rupiah.
Dana yang dihemat ini kemudian dapat dialokasikan untuk keperluan lain yang lebih prioritas, seperti membeli rumah atau merencanakan bulan madu.
Selain faktor finansial, fokus pada karier juga menjadi alasan signifikan bagi Generasi Z dan Milenial untuk menunda pernikahan atau memilih pernikahan sederhana.
Survei yang dilakukan oleh Populix menemukan bahwa 57% responden menunda pernikahan karena ingin fokus pada karier.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan bahwa 68,29% pemuda Indonesia belum menikah, menandakan tren penundaan pernikahan di kalangan generasi muda.
Namun, pilihan untuk melangsungkan pernikahan sederhana di KUA tidak selalu diterima dengan baik oleh keluarga.
Banyak keluarga yang masih memegang teguh tradisi dan menginginkan perayaan pernikahan besar sebagai simbol status sosial dan kebanggaan.
Hal ini seringkali menimbulkan perbedaan pendapat antara pasangan dan keluarga mereka.
Meskipun demikian, tren pernikahan sederhana ini terus berkembang, mencerminkan perubahan nilai dan prioritas di kalangan generasi muda Indonesia.
Mereka lebih mengutamakan aspek praktis dan keberlanjutan finansial dalam menjalani kehidupan berumah tangga. (edt/*)