HIDUP di tengah masyarakat membuat kita tidak bisa lepas dari hubungan dengan orang lain. Setiap hari kita melihat berbagai kondisi manusia. Ada yang hidup berkecukupan, ada pula yang hidup dalam serba kekurangan. Ada yang diuji dengan sakit, kehilangan pekerjaan, bahkan ada yang hanya membutuhkan perhatian sederhana dari orang-orang di sekitarnya.
Dalam situasi seperti itu, kepedulian menjadi sangat penting. Islam mengajarkan bahwa seorang mukmin yang baik bukan hanya rajin beribadah, tetapi juga memiliki kepekaan terhadap sesama. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin sampai imannya sempurna sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengingatkan kita bahwa iman bukan hanya diukur dari shalat, puasa, atau dzikir, tetapi juga dari sejauh mana kita peduli terhadap keadaan orang lain.
Sikap peduli sebaiknya dibangun sejak dini, terutama dalam keluarga. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat di rumah. Jika mereka terbiasa melihat orang tuanya ringan tangan membantu tetangga, mengunjungi orang sakit, atau menyisihkan sebagian rezeki untuk yatim dan dhuafa, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang peduli.
Namun jika anak hanya melihat orang tuanya sibuk mengejar kesenangan dan harta tanpa peduli lingkungan, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang egois dan tidak peka. Keluarga adalah tempat pertama menanamkan nilai-nilai kebaikan yang akan dibawa hingga dewasa.
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa kepedulian tidak selalu berbentuk bantuan harta. Senyuman yang tulus kepada orang lain juga bernilai sedekah. “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi)
Banyak orang enggan berbagi karena takut hartanya berkurang. Padahal Islam mengajarkan bahwa sedekah justru menambah keberkahan. Allah SWT berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki…” (QS. Al-Baqarah: 261)
Setiap kebaikan yang kita berikan akan diganti oleh Allah dengan balasan yang jauh lebih besar. Tidak hanya berupa harta, tetapi juga kesehatan, ketenteraman hati, dan doa-doa baik dari orang yang terbantu.
Kepedulian tidak selalu menuntut harta. Ada yang bisa dilakukan dengan tenaga, perhatian, atau sekadar sapaan hangat. Menjenguk tetangga yang sakit, membantu membawa barang bawaan orang tua atau ibu hamil di jalan, memberi nasihat yang menenangkan hati, atau mengajarkan ilmu yang bermanfaat tanpa meminta imbalan, semuanya termasuk amal kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)
Kepedulian tidak hanya membuat hidup di dunia menjadi indah, tetapi juga menjadi bekal di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa melepaskan satu kesusahan seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat.” (HR. Muslim).
Balasan dari Allah begitu besar untuk mereka yang peduli. Bahkan menolong seseorang dalam masalah kecil sekalipun bisa menjadi sebab keselamatan pada hari kiamat.
Mari mulai dari rumah kita. Jadikan keluarga sebagai tempat menanamkan nilai kepedulian. Ajarkan anak-anak untuk berbagi, membiasakan senyum, dan menolong siapa saja yang membutuhkan.
Allah SWT berfirman, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan…” (QS. Al-Maidah: 2)
Semoga kita menjadi hamba yang selalu membawa manfaat bagi orang lain, sehingga hidup ini terasa lebih bermakna. Wallahu a’lam.
Discussion about this post